ITP

DEFINISI
Idiopatik trombositopeni purpura adalah suatu gangguan autoimun yang ditandai dengan trombositopenia yang menetap (angka trombosit darah perifer kurang dari 15.000/μL) akibat autoantibodi yang mengikat antigen trombosit menyebabkan destruksi prematur trombosit dalam sistem retikuloendotel terutama di limpa. Atau dapat diartikan bahwa idiopatik trombositopeni purpura adalah kondisi perdarahan dimana darah tidak keluar dengan semestinya. Terjadi karena jumlah platelet atau trombosit rendah. Sirkulasi platelet melalui pembuluh darah dan membantu penghentian perdarahan dengan cara menggumpal. Idiopatik sendiri berarti bahawa penyebab penyakit tidak diketahui. Trombositopeni adalah jumlah trombosit dalam darah berada dibawah normal. Purpura adalah memar kebiruan disebabkan oleh pendarahan dibawah kulit. Memar menunjukkan bahwa telah terjadi pendarahan di pembuluh darah kecil dibawah kulit.

Trombosit berbentuk bulat kecil atau cakram oval dengan diameter 2-4µm. Trombosit dibentuk di sumsum tulang dari megakariosit, sel yang sangat besar dalam susunan hemopoietik dalam sumsum tulang yang memecah menjadi trombosit, baik dalam sumsum tulang atau segera setelah memasuki kapiler darah, khususnya ketika mencoba untuk memasuki kapiler paru. Tiap megakariosit menghasilkan kurang lebih 4000 trombosit (Ilmu Penyakit Dalam Jilid II). Megakariosit tidak meninggalkan sumsum tulang untuk memasuki darah. Konsentrasi normal trombosit ialah antara 150.000 sampai 350.000 per mikroliter. Volume rata-ratanya 5-8fl. Dalam keadaan normal, sepertiga dari jumlah trombosit itu ada di limpa.
Jumlah trombosit dalam keadaan normal di darah tepi selalu kurang lebih konstan. Hal ini disebabkan mekanisme kontrol oleh bahan humoral yang disebut trombopoietin. Bila jumlah trombosit menurun, tubuh akan mengeluarkan trombopoietin lebih banyak yang merangsang trombopoiesis. Di dalam sitoplasma trombosit terdapat faktor-faktor aktif seperti :
(1) molekul akin dan miosin, sama seperti yang terdapat dalam sel-sel otot, juga protein kontraktil lainnya, yaitu tromboplastin, yang dapat menyebabkan trombosit berkontraksi;
(2) sisa-sisa retikulum endoplasma dan aparatus golgi yang mensintesis berbagai enzim dan menyimpan sejumlah besar ion kalsium;
(3) mitokondria dan sistem enzim yang mampu membentuk adenosin trifosfat dan adenosin difosfat (ADP);
(4) sistem enzim yang mensintesis prostaglandin, yang merupakan hormon setempat yang menyebabkan berbagai jenis reaksi pembuluh darah dan reaksi jaringan setempat lainnya;
(5) suatu protein penting yang disebut faktor stabilisasi fibrin;
(6) faktor pertumbuhan yang dapat menyebabkan penggandaan dan pertumbuhan sel endotel pembuluh darah, sel otot polos pembuluh darah, dan fibroblas, sehingga dapat menimbulkan pertumbuhan sel-sel untuk memperbaiki dinding pembuluh yang rusak.
Pada permukaan membran sel trombosit terdapat glikoprotein yang menyebabkan trombosit dapat menghindari pelekatan pada endotel normal dan justru melekat pada dinding pembuluh yang terluka, terutama pada sel-sel endotel yang rusak, dan bahkan melekat pada jaringan kolagen yang terbuka di bagian dalam pembuluh. Membran juga mengandung banyak fosfolipid yang berperan dalam mengaktifkan berbagai hal dalam proses pembekuan darah.
Masa hidup trombosit 8 sampai 12 hari, setelah itu proses kehidupannya berakhir. Trombosit itu kemudian diambil dari sirkulasi, terutama oleh sitem makrofag jaringan; lebih dari separuh trombosit diambil oleh makrofag dalam limpa.
Penyebab dari kekurangan trombosit tidak diketahui (idiopatik). Penyakit ini diduga melibatkan reaksi autoimun, dimana tubauh menghasilkan antibodi yang menyerang trombositnya sendiri. Meskipun pembentukan trombosit di sumsum tulang meningkat, persediaan trombosit yang ada tetap dapat memenuhi kebutuhan tubuh.
Pada sebagian besar kasus, diduga bahwa ITP disebabkan oleh sistem imun tubuh. Secara normal sistem imun membuat antibodi untuk melawan benda asing yang masuk ke dalam tubuh. Pada ITP, sistem imun melawan platelet dalam tubuh sendiri. Alasan sistem imun menyerang platelet dalam tubuh masih belum diketahui.
Tanda dan Gejala
  • Biasanya didahului oleh infeksi bakteri atau virus (misalnya rubella, rubeola, varisela), atausetelah vaksinasi dengan virus hidup 1-3 minggu sebelum trombositopenia.
  • Riwayat perdarahan.
  • Riwayat pemberian obat-obatan, misalnya heparin, sulfonamid, kuinidin/kuinin, aspirin.
  • Riwayat ibu menderita HIV, riwayat keluarga yang menderita trombositopenia atau kelainanhematologi
  • Manifestasi perdarahan (ekimosis multipel, petekie, epistaksis).
  • Hati, limpa dan kelenjar getah bening tidak membesar.
  • Infeksi.
  • Bintik-bintik merah pada kulit (terutama di daerah kaki), seringnya bergerombol dan menyerupai rash. Bintik tersebut ,dikenal dengan petechiae, disebabkan karena adanya pendarahan dibawah kulit .
  • Memar atau daerah kebiruan pada kulit atau membran mukosa (seperti di bawah mulut) disebabkan pendarahan di bawah kulit. Memar tersebut mungkin terjadi tanpa alasan yang jelas ( lampiran Gambar 5 ). Memar tipe ini disebut dengan purpura.
  • Pendarahan yang lebih sering dapat membentuk massa tiga-dimensi yang disebut hematoma.
  • Hidung mengeluarkan darah atau pendarahan pada gusi
  • Ada darah pada urin dan feses
Beberapa macam pendarahan yang sukar dihentikan dapat menjadi tanda ITP. Termasuk menstruasi yang berkepanjangan pada wanita. Pendarahan pada otak jarang terjadi, dan gejala pendarahan pada otak dapat menunjukkan tingkat keparahan penyakit. Jumlah platelet yang rendah akan menyebabkan nyeri, fatigue (kelelahan), sulit berkonsentrasi, atau gejala yang lain.
ETIOLOGI
Penyebab pasti belum diketahui. Kemungkinan akibat hipersplenisme, infeksi virus, intoksikasi makanan atau obat ( lampiran Gambar 1 ) atau bahan kimia, pengaruh fisis (radiasi, panas), kekurangan factor pematangan (misalnya malnutrisi), koagulasi intravascular diseminata (KID), autoimun.
Berdasarkan etiologi, ITP dibagi menjadi 2 yaitu primer (idiopatik) dan sekunder. Berdasarkan awitan penyakit dibedakan tipe akut bila kejadiannya kurang atau sama dengan 6 bulan (umumnya terjadi pada anak-anak) dan kronik bila lebih dari 6 bulan (umunnya terjadi pada orang dewasa).
1.      Penyebab dari ITP tidak diketahui secara pasti, mekanisme yang terjadi melalui pembentukan antibodi yang menyerang sel trombosit, sehingga sel trombosit mati. (Imran, 2008). Penyakit ini diduga melibatkan reaksi autoimun, dimana tubuh menghasilkan antibodi yang menyerang trombositnya sendiri. Dalam kondisi normal, antibodi adalah respons tubuh yang sehat terhadap bakteri atau virus yang masuk ke dalam tubuh. Tetapi untuk penderita ITP, antibodinya bahkan menyerang sel-sel keping darah ubuhnya sendiri. (Family Doctor, 2006).
Meskipun pembentukan trombosit sumsum tulang meningkat, persediaan trombosit yang ada tetap tidak dapat memenuhi kebutuhan tubuh. Pada sebagian besar kasus, diduga bahwa ITP disebabkan oleh sistem imun tubuh. Secara normal sistem imun membuat antibodi untuk melawan benda asing yang masuk ke dalam tubuh. Pada ITP, sistem imun melawan platelet dalam tubuh sendiri. Alasan sistem imun menyerang platelet dalam tubuh masih belum diketahui. (ana information center, 2008).

2.      ITP kemungkinan juga disebabkan oleh hipersplenisme, infeksi virus, intoksikasi makanan atau obat atau bahan kimia, pengaruh fisis (radiasi, panas), kekurangan factor pematangan (misalnya malnutrisi), koagulasi intravascular diseminata (KID), autoimun. Berdasarkan etiologi, ITP dibagi menjadi 2 yaitu primer (idiopatik) dan sekunder. Berdasarkan awitan penyakit dibedakan tipe akut bila kejadiannya kurang atau sama dengan 6 bulan (umumnya terjadi pada anak-anak) dan kronik bila lebih dari 6 bulan (umunnya terjadi pada orang dewasa). (ana information center, 2008)

3.      ITP juga terjadi pada pengidap HIV. sedangkan obat-obatan seperti heparin, minuman keras, quinidine, sulfonamides juga boleh menyebabkan trombositopenia. Biasanya tanda-tanda penyakit dan faktor-faktor yang berkatan dengan penyakit ini adalah seperti yang berikut : purpura, pendarahan haid darah yang banyak dan tempo lama, pendarahan dalam lubang hidung, pendarahan rahang gigi, immunisasi virus yang terkini, penyakit virus yang terkini dan calar atau lebam.

PATOFISIOLOGI
            ITP adalah salah satu gangguan perdarahan di dapat yang paling umum terjadi. ITP adalah syndrome yang di dalamnya terdapat penurunan jumlah trombosit yang bersirkulasi dalam keadaan sum-sum normal. Penyebab sebenarnya tidak diketahui, meskipun diduga disebabkan oleh agen virus yang merusak trombosit. Pada umumnya gangguan ini didahului oleh penyakit dengan demam ringan 1 – 6 minggu sebelum timbul gejala. Gangguan ini dapat digolongkan menjadi 3 jenis, yaitu akut, kronik dan kambuhan. Pada anak-anak mula-mula terdapat gejala diantaranya demam, perdarahan, petekie, purpura dengan trombositopenia dan anemia.
            Protein pada permukaan trombosit yang dianggap benda asing merangsang system imun untuk membentuk antibody. Reseptor yang dianggap antigen tersebut adalah glikoprotein I-b/IX sebagai reseptor fakta von Willebrand pada proses adhesi dan glikoprotein II-b/III-a sebagai reseptor fibrinogen dan factor von Willebrand pada proses agregasi trombosit. Selanjutnya terjadi ikatan komplek imun dengan reseptor Fc dari makrofag dan terjadi fagositosis, sehingga trombosit hancur. Disamping itu, terjadi juga aktivasi dan fiksasi komplemen C 5-9 pada permukaan trombosit yang menyebabkan lisisnya trombosit.
.     MANIFESTASI KLINIS
1.      Bintik-bintik merah pada kulit (terutama di daerah kaki), seringnya bergerombol dan menyerupai rash. Bintik tersebut ,dikenal dengan petechiae, disebabkan karena adanya pendarahan dibawah kulit .
2.      Memar atau daerah kebiruan pada kulit atau membran mukosa (seperti di bawah mulut) disebabkan pendarahan di bawah kulit. Memar tersebut mungkin terjadi tanpa alasan yang jelas. Memar tipe ini disebut dengan purpura. Pendarahan yang lebih sering dapat membentuk massa tiga-dimensi yang disebut hematoma.
3.      Hidung mengeluarkan darah atau pendarahan pada gusi. Ada darah pada urin dan feses. Beberapa macam pendarahan yang sukar dihentikan dapat menjadi tanda ITP. Termasuk menstruasi yang berkepanjangan pada wanita. Pendarahan pada otak jarang terjadi, dan gejala pendarahan pada otak dapat menunjukkan tingkat keparahan penyakit.
4.      Jumlah platelet yang rendah akan menyebabkan nyeri, fatigue (kelelahan), sulit berkonsentrasi.
KOMPLIKASI



PENATALAKSANAAN
a. ITP Akut
- Ringan: observasi tanpa pengobatan → sembuh spontan.
- Bila setelah 2 minggu tanpa pengobatan jumlah trombosit belum naik, maka berikan kortikosteroid.
- Bila tidak berespon terhadap kortikosteroid, maka berikan immunoglobulin per IV.
- Bila keadaan gawat, maka berikan transfuse suspensi trombosit.
b. ITP Menahun
- Kortikosteroid diberikan selama 5 bulan. Missal: prednisone 2 – 5 mg/kgBB/hari peroral. Bila tidak berespon terhadap kortikosteroid berikan immunoglobulin (IV).
- Imunosupressan: 6 – merkaptopurin 2,5 – 5 mg/kgBB/hari peroral.
1) Azatioprin 2 – 4 mg/kgBB/hari per oral.
2) Siklofosfamid 2 mg/kgBB/hari per oral.
3) Splenektomi.
4) Indikasi:
- Resisten terhadap pemberian kortikosteroid dan imunosupresif selama 2 – 3 bulan.
- Remisi spontan tidak terjadi dalam waktu 6 bulan pemberian kortikosteroid saja dengan gambaran klinis sedang sampai berat.
- Penderita yang menunjukkan respon terhadap kortikosteroid namun perlu dosis tinggi untuk mempertahankan klinis yang baik tanpa perdarahan.
Kontra indikasi:
Anak usia sebelum 2 tahun: fungsi limpa terhadap infeksi belum dapat diambil alih oleh alat tubuh yang lain (hati, kelenjar getah bening dan thymus).
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1.      Hitung darah lengkap dan jumlah trombosit menunjukkan penurunan hemoglobin, hematokrit, trombosit (trombosit < 20.000 / mm3).
2.      Anemia normositik: bila lama berjenis mikrositik hipokrom.
3.      Leukosit biasanya normal: bila terjadi perdarahan hebat dapat terjadi leukositosis.
Ringan pada keadaan lama: limfositosis relative dan leucopenia ringan.
4.      Sum-sum tulang biasanya normal, tetapi megakariosit muda dapat bertambah dengan maturation arrest pada stadium megakariosit.
5.      Masa perdarahan memanjang, masa pembekuan normal, retraksi pembekuan abnormal, prothrombin consumption memendek, test RL (+).
KOPNSED DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

A.     PENGKAJIAN
1.      Keluhan utama :
Memar, bintik-bintik pada kulit, keluarnya darah pada hidung dan perdarahan pada gusi gigi.
2.      Riwayat penyakit sekarangang ditandai dengan
Klien mengalami ITP yg ditandai dengan Memar, bintik-bintik pada kulit, keluarnya darah pada hidung dan perdarahan pada gusi gigi.
3.      Riwayat penyakit dahulu
HIV AIDS yang mungkin diturunkan dari orang tua klien.
4.      Riwayat penyakit keluarga
Pihak keluarga mengalami HIV AIDS, kelainan hematologi.
5.      Riwayat lingkungan
Kondisi lingkungan kurang baik atau kumuh karena penyakit ini bias disebabkan oleh virus atau bakteri seperti rubella, rubiola dan paksinasi dengan virus aktif.
a.       Asimtomatik sampai jumlah trombosit menurun di bawah 20.000.
b.      Tanda-tanda perdarahan.
1)      Petekie terjadi spontan.
2)      Ekimosis terjadi pada daerah trauma minor.
3)      Perdarahan dari mukosa gusi, hidung, saluran pernafasan.
4)      Menoragie.
5)      Hematuria.
6)      Perdarahan gastrointestinal.
c.       Perdarahan berlebih setelah prosedur bedah.
d.      Aktivitas / istirahat.
1)      Gejala :
Ø  Keletihan, kelemahan, malaise umum.
Ø  Toleransi terhadap latihan rendah.
2)      Tanda : 
Ø  Takikardia / takipnea, dispnea pada beraktivitas / istirahat.
Ø  Kelemahan otot dan penurunan kekuatan.
e.       Sirkulasi.
1)      Gejala :
Ø  Riwayat kehilangan darah kronis, misalnya perdarahan GI kronis, menstruasi berat.
Ø  Palpitasi (takikardia kompensasi).
2)      Tanda :  TD peningkatan sistolik dengan diastolic stabil.
f.       Integritas ego.
1)      Gejala :
Keyakinan agama / budaya mempengaruhi pilihan pengobatan: penolakan transfuse darah.
2)      Tanda : Depresi.
g.      Eliminasi.
1)      Gejala : Hematemesis, feses dengan darah segar, melena, diare, konstipasi.
2)      Tanda : Distensi abdomen.
h.      Makanan / cairan.
1)      Gejala :
Ø  Penurunan masukan diet.
Ø  Mual dan muntah.
2)      Tanda : Turgor kulit buruk, tampak kusut, hilang elastisitas.
i.        Neurosensori.
1)      Gejala :
Ø  Sakit kepala, pusing.
Ø  Kelemahan, penurunan penglihatan.
2)      Tanda :
Ø  Epistaksis.
Ø  Mental : tak mampu berespons (lambat dan dangkal).
j.        Nyeri / kenyamanan.
1)      Gejala : Nyeri abdomen, sakit kepala.
2)      Tanda : Takipnea, dispnea.
k.      Pernafasan.
1)      Gejala : Nafas pendek pada istirahat dan aktivitas.
2)      Tanda : Takipnea, dispnea.
l.        Keamanan
1)      Gejala : Penyembuhan luka buruk sering infeksi, transfuse darah sebelumnya.
2)      Tanda : Petekie, ekimosis.

B.     DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.      Gangguan pemenuhan nutrisi dan cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia yang ditandai dengan kelemahan, berat badan menurun, intake makanan kurang, kongjungtiva.
2.      Nyeri akut berhubungan dengan cedera agen (biologis, psikologi, kimia, fisik) ditandai dengan gangguan pola tidur, klien meringis kesakitan di daerah nyeri, skala nyeri (data subyektif).
3.      Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan ditandai dengan  imobilisasi
4.      Kurang pengetahuan pada keluarga tentang kondisi dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan salah interpretasi informasi ditandai dengan keterbatasan belajar, tidak familiar dengan sumber informasi.
5.      Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan factor imunologis ditandai dengan immobilisasi, kelemahan, hipertermi, perubahan turgor kulit.
6.      Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang diperlukan untuk pengiriman oksigen dan nutrisi ke sel ditandai dengan sianosis, oedema, pucat.
7.      Gangguan pemenuhan kebutuhan oksigen berhubungan dengan penurunan kapasitas pembawa oksigen darah ditandai dengan hypoxia, takikardi.

C.      INTERVENSI KEPERAWATAN

1.      Gangguan pemenuhan nutrisi dan cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia.
Tujuan dan kreteria hasil
Intervensi
Rasional
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2x24 jam diharapkan pemenuhan nutrisi klien terpenuhi dengan
Tujuan:
v  Menghilangkan mual dan muntah

Criteria hasil:
v  Menunjukkan berat badan stabil
1)   Berikan makanan dalam porsi kecil tapi sering.

2)   Pantau pemasukan makanan dan timbang berat badan setiap hari.

3)   Lakukan konsultasi dengan ahli diet.



4)   Libatkan keluarga pasien dalam perencanaan makan sesuai dengan indikasi.
1)      Porsi lebih kecil dapat meningkatkan masukan yang sesuai dengan  kalori.
2)   Anoreksia dan kelemahan dapat mengakibatkan penurunan berat  badan dan malnutrisi yang serius.
3)   Sangat bermanfaat dalam perhitungan dan penyesuaian diet untuk memenuhi kebutuhan nutrisi pasien.
4)   Meningkatkan rasa keterlibatannya, memberikan informasi pada keluarga untuk memahami kebutuhan nutrisi pasien.






2.      Nyeri akut berhubungan dengan cedera agen (biologis, psikologi, kimia, fisik).
Tujuan dan kreteria hasil
Intervensi
Rasional
Setelah dilakukan tindakan 2x24 jam diharapkan nyeri yang dirasakan klien berkurang dengan
Tujuan :
v  Melaporkan nyeri yang dialaminya
v  Klien mampu mengontrol rasa nyeri melalui aktivitas
v  Mengikuti program pengobatan
v  Mendemontrasikan tehnik relaksasi dan pengalihan rasa nyeri melalui aktivitas yang    mungkin.
1)   Tentukan riwayat nyeri, lokasi, durasi dan intensitas
2)   Evaluasi therapi: pembedahan, radiasi, khemotherapi, biotherapi, ajarkan klien dan keluarga tentang cara menghadapinya.
3)   Berikan pengalihan seperti reposisi dan aktivitas menyenangkan seperti mendengarkan musik atau nonton TV
4)   Menganjurkan tehnik penanganan stress (tehnik relaksasi, visualisasi, bimbingan), gembira, dan berikan sentuhan therapeutik.
5)   Evaluasi nyeri, berikan pengobatan bila perlu.




6)   Diskusikan penanganan nyeri dengan dokter dan juga dengan klien
7)   Berikan analgetik sesuai indikasi seperti morfin, methadone, narkotik dll
1)      Memberikan informasi yang diperlukan untuk merencanakan asuhan.
2)      Untuk mengetahui terapi yang dilakukan sesuai atau tidak, atau malah menyebabkan komplikasi.



3)      Untuk meningkatkan kenyamanan dengan mengalihkan perhatian klien dari rasa nyeri.


4)      Meningkatkan kontrol diri atas efek samping dengan menurunkan stress dan ansietas.


5)      Untuk mengetahui efektifitas penanganan nyeri, tingkat nyeri dan sampai sejauhmana klien mampu menahannya serta untuk mengetahui kebutuhan klien akan obat-obatan anti nyeri.
6)      Agar terapi yang diberikan tepat sasaran.

7)      Untuk mengatasi nyeri.


3.      Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan.
Tujuan dan kreteria hasil
Intervensi
Rasional
Setelah dilakukan tindakan 2x24 jam diharapkan klien dapat melakukan aktivitas sendiri tanpa bantuan dari orang lain dengan
Tujuan:
v  Meningkatkan partisipasi dalam aktivitas.
Criteria hasil:
v  Menunjukkan peningkatan toleransi aktivitas.

1)      Kaji kemampuan pasien untuk melakukan aktivitas normal, catat laporan kelemahan, keletihan.
2)      Awasi TD, nadi, pernafasan.




3)      Berikan lingkungan tenang.


4)      Ubah posisi pasien dengan perlahan dan pantau terhadap pusing.
1)        Mempengaruhi pilihan intervensi.



2)        Manifestasi kardiopulmonal dari upaya jantung dan paru untuk membawa jumlah oksigen ke jaringan.

3)        Meningkatkan istirahat untuk menurunkan kebutuhan oksigen  tubuh.
4)        Hipotensi postural / hipoksin serebral menyebabkan pusing, berdenyut dan peningkatan resiko cedera.

4.      Kurang pengetahuan pada keluarga tentang kondisi dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan salah interpretasi informasi.


Tujuan dan kreteria hasil
Intervensi
Rasional
Setelah dilakukan tindakan 1x24 jam diharapkan keluarga mengerti akan penyakit klien dengan
Tujuan:
v  Pemahaman dan penerimaan terhadap program pengobatan yang diresepkan.
Criteria hasil:
v  Menyatakan pemahaman proses penyakit.
v  Faham akan prosedur dagnostik dan rencana pengobatan.
1)   Berikan informasi tntang ITP. Diskusikan kenyataan bahwa terapi tergantung pada tipe dan beratnya ITP.
2)   Tinjau tujuan dan persiapan untuk pemeriksaan diagnostic.
3)   Jelaskan bahwa darah yang diambil untuk pemeriksaan laboratorium tidak akan memperburuk ITP.
1)      memberikan dasar pengetahuan sehingga keluarga / pasien dapat membuat pilihan yang tepat.
2)      ketidak tahuan meningkatkan stress.


3)      merupakan kekwatiran yang tidak diungkapkan yang dapat memperkuat ansietas pasien / keluarga.






5.      Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan factor imunologis


Tujuan dan kreteria hasil
Intervensi
Rasional
Setelah dilakukan tindakan 2x24 jam diharapkan kerusakan bisa berkurang dengan
Tujuan :
v  Klien dapat mengidentifikasi intervensi yang berhubungan dengan kondisi spesifik
v  Berpartisipasi dalam pencegahan komplikasi dan percepatan penyembuhan
1)      Kaji integritas kulit untuk melihat adanya efek samping therapi kanker, amati penyembuhan luka.


2)      Anjurkan klien untuk tidak menggaruk bagian yang gatal.
3)      Ubah posisi klien secara teratur.


4)      Berikan advise pada klien untuk menghindari pemakaian cream kulit, minyak, bedak tanpa rekomendasi dokter.
1)      Memberikan informasi untuk perencanaan asuhan dan mengembangkan identifikasi awal terhadap perubahan integritas kulit.
2)      Menghindari perlukaan yang dapat menimbulkan infeksi.
3)      Menghindari penekanan yang terus menerus pada suatu daerah tertentu.

4)      Mencegah trauma berlanjut pada kulit dan produk yang kontra indikatif






6.      Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang diperlukan untuk pengiriman oksigen dan nutrisi ke sel.



Tujuan dan kreteria hasil
Intervensi
Rasional
Setelah dilakukan tindakan 2x24 jam diharapkan kembali kebentuk normal dengan
Tujuan:
v  Tekanan darah normal.
v  Pangisian kapiler baik.
Kriteria hasil:
v  Menunjukkan perbaikan perfusi yang dibuktikan dengan TTV stabil.
1)   Awasi TTV, kaji pengisian kapiler.




2)   Tinggikan kepala tempat tidur sesuai toleransi.

3)   Kaji untuk respon verbal melambat, mudah terangasang.
4)   Awasi upaya parnafasan, auskultasi bunyi nafas.
1)   memberikan informasi tentang derajat/ keadekuatan perfusi jaringan dan membantu menentukan kebutuhan intervensi.
2)   meningkatkan ekspansi paru dan memaksimalkan oksigenasi untuk kebutuhan seluler.
3)   dapat mengindikasikan gangguan fungsi serebral karena hipoksia.
4)   dispne karena regangan jantung lama / peningkatan kompensasi curah jantung.




7.      Gangguan pemenuhan kebutuhan oksigen berhubungan dengan penurunan kapasitas pembawa oksigen darah.



Tujuan dan kreteria hasil
Intervensi
Rasional
Setelah dilakukan tindakan 2x24 jam diharapkan
Tujuan:
v  Mengurangi distress pernafasan.
Criteria hasil:
v  Mempertahankan pola pernafasan normal / efektif
1)   Kaji / awasi frekuensi pernafasan, kedalaman dan irama.






2)   Tempatkan pasien pada posisi yang nyaman.



3)   Beri posisi dan Bantu ubah posisi secara periodic.
4)   Bantu dengan teknik nafas dalam.
1)      perubahan (seperti takipnea, dispnea, penggunaan otot aksesoris) dapat menindikasikan berlanjutnya keterlibatan / pengaruh pernafasan yang membutuhkan upaya intervensi.
2)      memaksimalkan ekspansi paru, menurunkan kerja pernafasan dan menurunkan resiko aspirasi.
3)      meningkatkan areasi semua segmen paru dan mobilisasikan sekresi.
4)      membantu meningkatkan difusi gas dan ekspansi jalan nafas kecil.






DAFTAR PUSTAKA

DRUGS.2008.Idiopathic (Immune) Thrombocytopenic Purpura Medications. http://www.drugs.com/condition/idiopathic-immune-thrombocytopenic-purpura.html. diakses tanggal 25 maret 2013 pukul 19.13 WIB
NCI. Immune Thrombocytopenic Purpura. diakses dari http://www.cancer.gov/Templates/db_alpha.aspx?CdrID=559453.html diakses tanggal 25 maret 2013 pukul 19.13 WIB
Emedicine.2008. Immune Thrombocytopenic Purpura. diakses dari http://www.emedicine.com/med/topic1151.html. diakses tanggal 25 maret 2013 pukul 19.13 WIB
PDSA. 2008. ITP. diakses dari http://www.pdsa.org/itp-information/index.html. diakses tanggal 25 maret 2013 pukul 19.13 WIB
Adiantoro, Heru.2010. diakses dari http://www.scribd.com/doc/30379773/Makalah-ITP.html diakses tanggal 25 maret 2013 pukul 19.13 WIB
http://satyaexcel.blogspot.com/2012/10/makalah-penyakit-idiopatik.html. diakses tanggal 25 maret 2013 pukul 19.13 WIB



0 komentar:

Posting Komentar